Bandung nggak pernah habis memikat hasrat ingin ngopi. Udah banyak tempat ngopi dengan desain interior cakep cakep yang sangat instagrammable. Ada yang kopinya seriusan enak, ada yang biasa aja, ada yang juga jualan makanan ada yang cuma menyediakan makanan ringan temen ngopi. Semuanya punya keasikan sendiri-sendiri.
Tag Archives: Makanan Indonesia
Mengenang Minang : Dari Lidah Turun ke Hati
Merayakan hari pertama puasa dengan postingan lanjutan dari Minang kemarin ah. Kalau kemarin udah sempat cerita sedapnya ketan-ketan dengan Pokat alias Alpukat dan Sarikayo, kali ini saya mau cerita nikmatnya makan Lamang Ketan alias, well, ketan ketan di Pical Sikai yang ada di Bukit Tinggi. Persisnya di mana?
Google aja, tempatnya kecil tapi terkenal banget kok.
Sampai di Pical Sikai, yang pertama dipesan tentu Pical nya dulu lah ya. Sebagai penggemar Pecel Madura, saya sungguh penasaran pengen coba Pecel Padang yang disebut Pical ini. Bumbunya bisa dibilang sama persis, tapi sayuran di dalamnya yang sedikit beda. Di Padang, sayuran dalam Pecel ada Jantung Pisang dan Rebung. Sayuran lainnya sama sih, ga terlalu beda sama Pecel yang biasa kita temui di Jawa.
Pical ini dimakan bareng sama Keripik Singkong. Ini yang berbeda ya, karena di Bandung biasanya Keripik Singkong dimakan terpisah sebagai camilan. Keripik Singkongnya kering kriuk dan ga bau minyak, pasti digoreng dengan SunCo si minyak goreng yang baik itu deh.
Di tempat yang sama saya ‘kenalan’ juga dengan yang namanya Lontong Sayur khas Padang. Yang satu ini sih nggak terlalu beda dengan yang biasa kita temui di Jakarta atau di Bandung. Persamaannya : sama-sama enak 🙂
Sambil makan kami memang intip-intip panci-panci yang ada di meja. Serunya makan di Pical Sikai adalah makanan ada di meja persis depan kita. Bikin tambah selera dan bikin mau tambah apa-apa jadi mudah.
Panci pertama isinya bumbu kacang Pical. Panci kedua isinya sayur kuah untuk Lontong Sayur. Lalu apa isi panci ketiga?
Nah ini dia.
Berburu Rendang ke Ranah Minang
Minggu lalu SurgaMakan.com mendapatkan undangan istimewa dari SunCo, iya – minyak goreng yang baik – itu untuk berkunjung ke Sumatera Barat dalam rangka mencicipi makanan-makanan di sana. Undangan yang sulit ditolak tentunya karena : saya belum pernah ke Sumatera Barat, dan saya penggemar Masakan Padang. Eh, Masakan Minang.
Maka hari itu sekitar jam 9 pagi kami – saya dan beberapa rekan blogger dan media tiba di Bandara Udara Internasional Minangkabau dan dengan tak sabar lompat ke bis untuk menuju tempat perhentian pertama. Eh tapi ternyata di bis aja udah ada penganan-penganan khas Minang yang menyambut. Ada Pinukuik (asal katanya dari Pancake, dan bentukan plus rasanya mirip Kue Apem), Sala Lauak (mirip perkedel jagung tapi bentuknya bulat), dan Lamang Baluo (yang kalau di pesta adat Batak saya kenal dengan nama Lapet. Bentuknya aja yang beda).
Kenapa Rangga Memilih Sate Klathak Pak Bari : Sebuah Kajian Subjektif
Jawabannya mudah saja : karena enak dan tempat makannya artistik. Gimana kurang artistik coba : duduk di pasar yang sudah tutup, agak-agak gelap sambil menunggu Sate Klathak dibakar, sebagai bonus : harum Sate dan Tongsengnya. Duh!
Pengalaman Pertama Bersama Dendeng Batokok di Malah Dicubo
“APA?? LO GA TAU RUMAH MAKAN PADANG MALAH DICUBO??”
Pertanyaan di sebuah grup wasap berisi foodies-foodies ini sungguh menggores harga diri saya sebagai tukang makan.
Makan Berkeringat di Warung Mak Beng
Segitu seringnya saya ke Bali, baru sekali ini akhirnya mencoba makan di Warung Mak Beng. Sebuah kebetulan yang menyenangkan karena hari itu saya mengantar @pinonyuu dari @KapanLibur ke Sanur untuk menyeberang ke Nusa Lembongan.
Jalan ke Warung Mak Beng aja udah lumayan berkeringat. Kan posisinya udah deket pantai, jadi parkirnya mesti agak jauhan deh. Tapi kami lumayan beruntung karena menurut gosip, Warung Mak Beng ini selalu penuh saat jam makan siang dan mesti ngantri-ngantri nungguin orang kelar makan, tapi waktu kami sampe sana, eh masih dapet meja kosong kok. Baguslah karena udah laper banget 🙂
Pesan makanan di Warung Mak Beng nggak usah repot-repot intip menu karena menunya cuma satu dalam bentuk paket : Nasi Putih + Ikan Goreng + Sop Ikan
Sini intiplah satu-satu ya,
Kambing ala Roegoel, Roemah Goeling
Kalau kamu penggemar Kambing, ini tempat yang tepat buat kamu cari makan. Tapi kalau kamu nggak doyan makan Kambing, jangan khawatir karena masih ada pilihan lain selain Kambing di sini, ada Ayam dan tentu saja ada Sapi.
Bagai Lidah Dipinang Pindang Ikan di Palembang
Sebelum ke Palembang yang terakhir kemarin itu, yang cerita soal makanannya bisa dibaca di sini dan cerita sarapannya di sini, plus cerita jalan-jalan yang ada di sini, saya bukan penyuka ikan basah. Kalau saya makan ikan, sudah pasti ikan bakar atau goreng. Saya tak pernah tertarik makan ikan basah, terutama yang pake kuah.
Tapi di Palembang kemarin,
Sarapan Merangsang di Palembang
Sebelum pergi ke Palembang ketiga kalinya kemarin, saya nggak pernah tau kalau sarapan di sana memang bisa dibilang sangat merangsang! Kalau sebelum-sebelumnya saya biasanya sarapan di hotel, kali ini atas undangan Dispar bersama rekan-rekan travel blogger saya kemudian menyusuri berbagai makanan enak yang biasanya menjadi menu sarapan di Palembang.
Makan apa kita pagi-pagi?
Kayak Pengantin, di Palembang Makannya Ala Munggahan
Sebagai orang Bandung, setiap kali mendengar kata ‘munggahan’, saya tentu saja teringat tentang tradisi kumpul-kumpul keluarga sebelum ibadah puasa dimulai.
Tapi di Palembang, ‘munggahan’ ternyata mempunyai arti yang sangat berbeda.
Jadi artinya apaan dong?